Hingga detik ini HIV/AIDS masih menjadi salah satu tantangan utama negara-negara di dunia, terutama bagi negara dengan pendapatan perkapita menengah ke bawah. Para ahli kesehatan dan peneliti dari seluruh dunia masih terus melakukan penelitian mengenai virus penyerang daya tahan tubuh ini, sekaligus bekerja sama dengan pemerintah dan seluruh masyarakat untuk mencegah penyebarannya. Selain itu juga telah dan terus dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas hidup para ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) serta edukasi bagi masyarakat di sekitar ODHA mengenai informasi yang benar tentang bagaimana penyebaran virus ini dan bagaimana cara hidup bersama ODHA, sehingga tidak timbul paradigma yang salah mengenai HIV/AIDS di dalam masyarakat.
Menurut data dari WHO, saat ini terdapat kurang lebih 34 juta penduduk bumi yang terinfeksi HIV. Sedangkan data dari Kementrian Kesehatan (tahun 2012), tercatat sebanyak 21.511 orang Indonesia terinfeksi virus HIV. Salah satu hal penting yang harus terus digalakkan untuk menekan angka ini adalah dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai apa itu HIV/AIDS, karena dengan hal ini tentu kewaspadaan masyarakat akan bertambah. Berikut adalah beberapa hal dasar yang perlu anda ketahui tentang HIV/AIDS.
Apa itu HIV/AIDS ?
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini akan menyerang sistem imun/daya tahan tubuh alami manusia, sehingga manusia yang terinfeksi oleh virus ini akan jatuh dalam keadaan immunodeficient, atau dengan kata lain manusia tersebut akan menjadi jauh lebih rentan terkena infeksi (baik oleh bakteri, virus, atau jamur) dan juga terhadap beberapa tipe kanker. Bahkan infeksi ringan pada manusia sehat dapat menjadi sangat berbahaya dan beresiko kematian bagi mereka yang terinfeksi HIV. Status imunitas pasien biasa diukur melalui hitung jumlah sel CD4.
Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome. Jadi AIDS adalah sindroma (sekumpulan gejala dan tanda) yang diakibatkan akibat infeksi HIV. AIDS merupakan tahap paling parah dalam perjalanan penyakit akibat infeksi HIV, sehingga tidak semua orang yang terinfeksi HIV sudah sampai pada tahapan AIDS. Lama perjalanan penyakit dari awal infeksi HIV hingga tahap AIDS adalah berkisar antara dua hingga 15 tahun, bergantung pada kondisi kesehatan individu tersebut. AIDS ditunjukkan dengan munculnya berbagai infeksi, perkembangan beberapa jenis kanker, dan kondisi kelainan klinis berat yang lain.
Tanda dan Gejala
Gejala infeksi HIV berbeda-beda tergantung dari tingkat keparahannya. Beberapa minggu pertama pasien dapat tidak merasakan gejala apapun hingga merasakan gejala seperti sakit flu biasa (demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, suara serak, kemerahan di kulit). Banyak orang yang tidak waspada terhadap keadaan awal ini, padahal beberapa bulan pertama adalah saat-saat paling infeksius atau paling mudah menularkan virus ke orang lain. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan rutin pada orang-orang ‘beresiko tinggi’ untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dan mencegah perburukan kondisi kesehatan orang yang telah terinfeksi.
Seiring dengan perjalanan waktu dan replikasi virus yang terus berjalan, kondisi kesehatan akan terus menurun. Pembesaran kelenjar limfe (teraba benjolan kecil di leher, ketiak, atau lipat dalam paha), berat badan yang terus turun padahal tidak mengalami gangguan makan, kemudian demam, diare, dan batuk yang kronis (berlangsung terus-menerus lebih dari dua minggu) adalah beberapa keadaan yang harus diwaspadai. Keadaan ini akan terus memburuk hingga dapat menyebabkan beberapa keadaan seperti berkembangnya penyakit Tuberculosis (TB), Meningitis streptococcal, dan beberapa kanker seperti Limfoma dan Sarkoma Kaposi apabila tidak segera diberika terapi.
Penularan
Virus ini hanya dapat ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh yang berasal dari orang yang terinfeksi HIV, yaitu darah, air susu ibu, air mani, dan cairan vagina. Virus ini tidak ditularkan melalui kegiatan sehari-hari seperti bersalaman, berpelukan, berbagi makanan, minuman, gigitan nyamuk, atau memakai barang dan toilet secara bergantian. Untuk berciuman, berhati-hatilah, ini termasuk salah satu tindakan beresiko karena anda tidak tahu bahwa kemungkinan terdapat luka yang berukuran sangat kecil di dalam rongga mulut yang dapat menjadi jalan masuk virus. Saat ini tenaga kesehatan juga akan selalu menggunakan alat bantu berupa sungkup apabila akan memberikan nafas buatan pada semua pasien henti nafas, hal ini bertujuan sebagai tindakan pencegahan secara umum dari resiko penyebaran infeksi HIV yang tidak kita ketahui.
Mereka yang Beresiko
Sangat diperlukan kewaspadaan terutama bagi orang-orang yang ‘beresiko tinggi’, mengingat bahwa minggu-minggu pertama anda mungkin tidak merasakan keluhan apapun. Anda juga dituntut untuk memiliki kesadaran pribadi untuk memeriksakan diri secara rutin agar tidak merugikan orang tak bersalah di sekitar anda. Beberapa perilaku beresiko tersebut diantaranya adalah:
- Memiliki pasangan seksual lebih dari satu, terutama bila tidak menggunakan pelindung (kondom).
- Memiliki penyakit menular seksual (misalnya infeksi Syphilis, Herpes, Chlamydia,Gonorrhea, dan Bacterial vaginosis).
- Menggunakan obat-obatan terlarang, serta mereka yang harus menggunakan terapi obat-obatan suntik.
- Menggunakan jarum suntik, alat suntik, jarum tato, alat tidik, dan alat-alat lain yang dapat membuat akses langsung menembus kulit dan atau ke pembuluh darah secara bergantian. Berhati-hatilah walaupun peralatan yang seharusnya disposable (sekali pakai buang) tersebut tetap digunakan setelah dibersihkan atau disterilisasi. Karena bila yang melakukan sterilisasi tidak berpengalaman dan tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai daya tahan hidup virus ini, akan beresiko alat hanya tampak bersih dan baru, tetapi virus masih hidup dan dapat menular kepada pemakai berikutnya.
- Selain alat, cairan yang dimasukkan langsung ke dalam tubuh serta prosedur yang ‘melukai’ kulit juga harus diwaspadai. Misalnya membuat tato, tindik, penggunaan yang disuntikkan, dan transfusi darah juga sangat beresiko menularkan virus apabila tidak mengikuti prosedur klinis dan tindakan pencegahan yang baik.
- Bagi tenaga kesehatan, tidak sengaja tertusuk atau tergores jarum bekas pasien atau terkena cairan tubuh pasien juga beresiko menularkan virus. Mereka sudah memiliki prosedur yang harus mereka patuhi apabila hal-hal seperti ini terjadi. Maka anda jangan merasa tersinggung apabila mereka selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa atau melakukan tindakan, selalu menggunakan sarung tangan, masker, dan bahkan baju pelindung, hal tersebut dilakukan dengan tujuan mencegah penyebaran infeksi, bukan karena tidak mau kotor atau merasa jijik.
Diagnosis
Tes HIV perlu dilakukan untuk memeriksa antibodi terhadap HIV di dalam darah. Antibodi adalah zat perlawanan yang diproduksi oleh tubuh apabila ada ‘benda asing’ yang masuk. Untuk infeksi HIV biasanya terdapat window periode, atau periode jendela, di mana antibodi yang diproduksi tubuh baru bisa terdeteksi melalui tes setelah tiga hingga enam bulan. Maka apabila seseorang telah mengalami kejadian beresiko seperti di atas, harus dilakukan pemeriksaan ulang enam bulan setelah pemeriksaan awal.
Konseling dan Tes HIV/AIDS
Saat ini telah terdapat pusat-pusat konseling dan tes HIV/AIDS (klinik VCT, Voluntary Counseling and Testing) di rumah sakit di Indonesia. Tes ini dilakukan atas kesadaran diri anda sendiri, tidak perlu malu atau merasa enggan karena selalu disediakan tempat yang nyaman, aman, ’tersembunyi’, dan kerahasiaan anda akan selalu terjaga.
WHO telah mengharuskan pelayanan yang mencakup 5C untuk pusat konseling dan tes HIV/AIDS, yaitu Informed Consent (surat persetujuan pemeriksaan dan tindakan oleh pasien),Confidentiality (kerahasiaan yang dijamin), Counselling (konseling), Correct test result (hasil tes yang akurat), serta Care, treatment, and other services (perawatan dan pelayanan secara menyeluruh sesuai kebutuhan pasien).
Tindakan Pencegahan
Semua ini dibutuhkan kesadaran diri serta pengendalian diri yang baik. Beberapa tindakan pencegahan penyebaran infeksi diantaranya adalah:
- Menggunakan kondom, data menunjukkan bahwa penggunaan kondom yang baik dapat menurunkan penularan infeksi HIV dan penyakit menular seksual lain hingga 85% bahkan lebih.
- Konseling dan Tes HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lain.
- Khitan atau sunat pada laki-laki, data menunjukkan bahwa khitan atau sunat dapat menurunkan resiko penularan infeksi pada pria hingga 60%.
- Obat anti retroviral (terdiri atas ART as prevention, Pre-exposure prophylaxis for HIV-negative partner, dan Post-exposure prophylaxis for HIV). Berbagai jenis terapi ini diperuntukkan bagi orang yang telah terinfeksi HIV, pasangan dari orang terinfeksi HIV, mereka yang tergolong beresiko tinggi, dan bagi yang tidak sengaja terkena jarum atau cairan tubuh seperti yang telah diceritakan di atas.Obat anti retroviral tidak dapat menyembuhkan infeksi HIV, obat ini berfungsi untuk menekan replikasi virus, ketika replikasi virus ditekan maka tubuh dapat kembali meningkatkan sistem imunnya yang berfungsi untuk memberikan perlawanan balik pada virus. Sehingga dengan obat ini para pasien yang terinfeksi HIV dapat hidup ‘sehat’ seperti orang lain. Untuk pasien HIV positif biasanya diberikan hingga tiga macam atau lebih obat anti retroviral.
- Selalu menggunakan jarum sekali pakai
- Sterilisasi alat kesehatan hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan prosedur yang baik
- Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayi, penularan vertikal infeksi HIV dari ibu yang positif kepada bayi dapat terjadi saat kehamilan, selama dan setelah proses persalinan, dan ketika menyusui. Sebagai jalan keluarnya, WHO merekomendasikan sebuah program yaitu PMTCT (Prevention of Mother to Child Transmission of HIV).
Hal yang paling dibutuhkan dan menjadi dasar keberhasilan program pencegahan penyebaran HIV ini tentu adalah kesadaran diri anda sendiri. Kesadaran untuk sebisa mungkin menghindari faktor resiko, kesadaran huntuk melakukan screening dan pemeriksaan rutin, serta kesadaran untuk melakukan tindakan profilaksis atau pencegahan segera setelah anda merasa terpapar hal-hal yang beresiko. Untuk informasi lebih lanjut datanglah ke pusat konseling HIV/AIDS yang ada di rumah sakit di sekitar rumah anda. Sekian, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar